Monday, July 26, 2010

Siapa yang Mengatur Sandal di Masjidku?


Kira-kira sebulan ini kalau ke masjid agak telat pasti melihat bahwa sandal-sandal jama'ah yang melewati pintu selatan sudah diatur menghadap keluar dengan rapi. Seakan pengaturnya tahu, bahwa pengaturan itu akan membuat enak dilihat dan memudahkan jamaah ketika pulang nanti.  Tapi baik aku maupun orang serumah pun tak tahu siapa pengaturnya.


Seperti barusan jama'ah subuh di masjid, aku datang ketika rakaat satu sudah mulai, dan sandal-sandal sudah tertata rapi.


Apa yang menjadi pikiranku adalah landasan berpikir seperti apa, atau karakter seperti apa orang ini? Apakah dengan lugunya dia hanya berpikir, ini memudahkan orang, ini akan terlihat manis kalau rapi, ataukah reflesi pengalaman yang tidak menyenangkan dengan sandal yang tidak teratur dengan rapi?

Bagiku, menggunakan skenario jika - maka, bila aku yang melakukan, dan aku bisa konsisten, itu akan menjadi kepuasan tersendiri bahwa aku bisa merapihkan sesuatu sehingga terlihat enak dan itu berguna bagi orang lain. Sebuah kepuasan kecil yang membuat kenyamanan hati bahwa "I'm doing the right thing" peduli orang lain tahu atau tidak. Aku tidak menyepelekan hal-hal sekecil ini. Berdasar pengalaman, hal-hal yang baik dilakukan bila itu hal baik, dan kemudian kita menikmati kedamaian dan kenyamanan hati akibat perbuatanku, itu akan berdampak pada karakter kesuluruhan kita, bahwa kita akan terpacu untuk melakukan hal-hal baik lainnya, tidak peduli skala besar kecilnya pekerjaan itu. Dan itu akan menjadikan setiap detail kehidupan kita akan bermakna... 

Dan itulah cara tepat untuk berbahagia...

No comments:

Post a Comment